Terus
saja tertawakan kami, terus saja sepelekan
kami
Karna
kami melawan penjajahan atas manusia dengan tangisan
Kami
melawan senjata dengan tangisan,
Kami
melawan manusia-manusia raksasa yang
haus uang dengan tangisan
Hey
Jangan salah, kami kuat dan bertahan dalam kesakitan
Kamu
tahu, setiap hari kami diserang, diserang terus
Tanpa
pernah bertanya, mereka memberi kami “Kamar Paksa”
Kamar
yang disana hanya boleh menurut tanpa pertanyaan
Kami
disebut udik jika suka menanam dan kerbau
Kami
disebut udik jika tak suka suara deru mesin
Kamar
tempat kami hanya bisa mengurus anak-anak, dan melayani laki-laki
Kamar
tempat kami disalahkan, diadili dan dihujat jika tubuh kami diperkosa
Kami
disebut jalang, tidak bermoral dan asusila
Di
“Kamar paksa” kami dimarahi jika tidak menikah
Kami
dimarahi pula jika pasangan kami ternyata dikemudian hari suka pukul
Di
“Kamar Paksa” Kami juga harus bekerja keras jika keluarga kami serba kekurangan
Dalam
waktu yang sama semua jadi tugas kami, kerja, ngurus anak masak, layani suami
Di”kamar
paksa” kami juga harus cantik dan lembut, baju kami diukur sesuai norma apa
tidak
Otak
kami yang butuh pendidikan tak pernah dianggap penting di “Ruang Paksa”
Ya,
kami sering menangis, kami disebut makhluk cengeng, makhluk lemah
Di
beberapa kamar lain kami dan anak-anak kami dibunuh dengan bom dan rudal
Kami
menangis tapi kami tidak pernah mati, kami bangkit setelah mati walau wajahku
tak sama lagi,
Mereka
tidak pernah tahu kalau Tangisan kami menantang
Tangisan
kami membangkitkan kekuatan alam raya
Kamu
tahu siapa kami, kami adalah kupu-kupu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar