Oleh : Afi'dah*
Masihkah partai politik membodohi rakyat ketika
kampanye? menurut saya jawaban pertanyaan tersebut masih. Karna indikasinya
jelas, msyarakat apatis dengan pemilu yang dianggap sebagai
pesta demokarasi di negeri ini namun terancam tingginya angka golput,
sampai-sampai pemerimtah dan MUI merasa
butuh untuk membuat fatwa haram golput.
Hal yang menyebabkan fenomena di atas adalah
sebuah fakta. Masyarakat tak berani
berharap besar tejadinya perubahan di negeri ini melalui pemilihan Umum. Sudah berkali-kali pemilihan
umum tak mewujudkan Indonesia lebih baik, Karna hanya di perankan dan diwarnai
para politisi yang mengandallkan
janji-janji, apalagi melalui iklan politik yang marak dimedia. Dan spanduk foto
foto yang merubah jalan-jalan raya dan gang kecil mulai dari kota dampai desa menjadi galeri gratis. Kini Iklan
politik menjadi mantara manjur untuk mnembius para calon pemilih, dengan janji-janji
kosong tanpa visi misi jelas yang bisa di terjemahkan kedalam program kerja
nyata.
Politik di Indonesia saat
ini masih diwaranai pencitraan semata. Para politisi memang cerdas mengambil
strategi karena iklan tak menjadi media sosialisasi tetapi menjadi referensi
produk yang sebenarnya tak dibutuhkan konsumen. Iklan telah sukses membuar
maysarakat Indonesia menjadi sangat konsumeris tanpa filterasisasi sama sekali.
Fenomena ini sejalan dengan iklan politik. Kemungkinan besar oemenang pemilu
2009 adalah partai yang memiliki dana besra dan sangat getol beriklan baik di
media cetak Maupin elektronik. Iiklan belum bisa mewakili kerja nyata. Karna
sekali ladi hanya upaya pencitraan,
Kesadran akan persoalan bangsa
yang sangat krusial belum dianggap para politisi seebagai hal nyata yang harus
diselesaikan segera agar rakyat tak terus sengsara. Melainkan sebagai isu yang
begitu laku dan sangat menarik untuk menjaring pemilih di pemilu legislative
dan pemilu presiden 2009 .
Perubahan di negeri
ini membutuhkan orang-orang yang
memiliki mentalitas luar biasa. Tidak
cukup jika bangsa Indonesia yang masih berpredikat Negara ke 3 di dunia
dipimpin oleh orang-orang yang hanya mengandalkan citra tanpa substansi dan merepresentasikan diri sebagai politisi
yang tega membodohi rakyat tanpa rasa haru terhadap pengeritaan rakyat.
Selama rakyat masih sengsara berarti ada isu
yang bisa menjadi komoditi. Sembako
murah, lapangan kerja, anti korupsi menjadi mantra-mantra yang siap membodohi. Satu harapan mari kita sebagai elemen mahasiswa yang rasional memberi
pemcerdasan politik pada segenap elemen rakyat agar punya daya ktritis dan
tidak mau dibodohi
Keterangan :
* ditulis ketika masih menjadi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, sebagai Ketua Divisi Budaya dan Intelektual HMI cabang
Semarang. Dimuat di Harian SINDO edisi 23
Maret 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar